Rabu, 01 Desember 2010

1. BRUNER DAN TEORINYA A. Biografi Bruner 1937 dari Universitas Duke dan Ph.D. nya dari Universitas Harvard pada tahun 1941 dibawah Gordon Allport. Nama lengkap dari Bruner adalah Jerome Seymour Bruner. Beliau lahir pada tanggal 1 Oktober 1915. Ia berkebangsaan Amerika. Bruner merupakan alumni dari universitas Newyork. B.A nya pada tahun 1937 dari Universitas Duke dan Ph.D. nya dari Universitas Harvard pada tahun 1941 dibawah Gordon Allport.beliau adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berpikir. Dalam memepelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Buku Bruner tentang The Process of education yang diterbitkan pada tahun 1960, merupakan rangkuman dari hasil konfrensi Woods Hole yang diadakan pada tahun 1959, suatu konfrensi yang membawa banyak pengaruh di bidang pendidikan pada umumnya, pengajaran sains khusunya. Bruner rupanya tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting baginya ialah cara-cara bagimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara aktif dan inilah menurut Bruner inti dari belajar. Oleh karena itu, bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya, B. Teori Belajar Bruner Bruner terkenal dengan “Discovery Learning” nya. Artinya Belajar pengalaman. Yaitu belajar pada intinya adalah cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan dan mentransformasi secara aktif. Sehingga belajar tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi latihan kemampuan intelektual, merangsang rasa ingin tahu siswa dan memotivasi siswa. C. Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain: Perkembangan intelektual anak menurut penelitian J. Piaget, dapat dibagi menjadi tiga taraf, yaitu : 1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas. 2. Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. 3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya. Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: 1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi) Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. 1. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. 3 Tahap evaluasi Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. D. Empat Tema tentang Pendidikan 1. Struktur Pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu, sebab dengan struktur pengetahuan kita menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain dan pada informasi yang telah mereka miliki. 2. Kesiapan untuk Belajar. Menurut Bruner, kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. Pada tema pendidikan ini digunakan kurikulum spiral yaitu kurikkulum berisi materi yang dipelajari di berbagai bidang seperti SD, SMP dan SMA dengan materi yang porsinya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 3. Nilai Intuisi Dengan intuisi, dimaksudkan oleh Bruner teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentative tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak. Yang dikemukakan oleh Bruner ini ialah semacam educated guess yang kerap kali digunakan oleh para saitis, artis dan orang-orang kreatif lainnya. 4. Motivasi Pengalamn-pengalaman pendidikan yang erangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman dimana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. E. Pandangan Bruner yang Berkaitan dengan Proses Belajar : Yaitu proses belajar yang interaktif dan proses kontruksi pengetahuan, melalui cara menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang diketahui sebelumnya, serta belajar penemuan yang menimbulkan belajar bermakna. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu system pengkodean (coding). Bebagai kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, hingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. Dalam model ini, belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model itu. Hal ini terjadi melalui pengubahan kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau dengna menambahkan kategori-kategori baru. F. Belajar sebagai Proses Kognitif Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses situ ialah a. Memperoleh informasi baru, b. Transformasi informasi, c. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sisem simpanan yang sesuai dengna lingkungan. c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningktan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang-orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukannya atau akan dilakukannya. Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga system keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga system keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah : cara enaktif (melalui tindakan), cara ikonik (melalui gambar) dan cara simbolik (melalui bahasa). G. Belajar Penemuan Bruner berpendapat bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpoartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu8 sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunukkan beberapa kebaikan, yaitu: 1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. 2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. 3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. 4. Membangkitkan keingintahuan siswa, member motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. 2. TEORI INSTRUKSI BRUNER Menurut Bruner, suatu teori instruksi (Bruner,1966) hendaknya meliputi : 1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar. 2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal. 3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal. 4. Bentuk dan pemberian reinsformen. 3. PENERAPAN MENGAJAR PENEMUAN A. Metode dan Tujuan Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan merekadan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan. Jadi dalam mengajarkan sains, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan. Sehingga tujuan-tujuan dari mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar dan dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu sama oleh para siswa yang mengikuti pelajaran yang sama itu B. Peranan Guru Dalam belajar penemuan, peranan guru diantaranya : 1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa. 2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. 3. Guru hendaknya menggunakan cara penyajian yang sesuai dengna tingkat kognitif siswa. Guru disarankan agar mengikuti aturan penyajian sesuai dari enaktif, konok kemudian simbolik. 4. Jika siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. 5. Menilai hasil belajar. Di lapangan, penilaian hasil belajar penenemuan meliputi pemahaman tentang pri

Teori Belajar Bruner